Jadi, H-1 sebelum kami balik ke Malang, kami memutuskan untuk ngga terlalu bernapsu untuk jalan-jalan. Menikmati hari terakhir liburan dengan jalan ke tempat yang tidak membutuhkan bantuan Google Maps. Sebuah tempat yang sudah dikenal masyarakat luas. Sebuah tempat yang kata orang, kalo belum kesana berarti belum ke Bali. Tempat itu adalah Kuta *ngglethek*
Kami memang sempat berjalan hingga Kuta Square di hari sebelumnya, tapi kami belum menginjakkan kaki di pasir pantainya.
Kami mengawali hari ke-empat sama seperti hari lainnya. Sarapan quick bite di ruang makan hotel. Saya baru mencoba kopi yang ditawarkan disana. Dan itu adalah kebodohan terstruktur saya. Buat saya yang peminum kopi amatiran ini, the coffee was great! Saya jadi bertanya dalam hati, kenapa ngga dari Day 1 saya cobain kopinya! It was black coffee. And since I don't really in to black, I poured a little milk and sugar in mine.
After a quick bite, kami keluar dari hotel sekitar jam 10an WITA menuju Joger Kuta. Apparently, Indah langsung tidur dan ngga bangun sampe keesokan harinya karena ngambek ngga bisa beli apapun di Joger Bedugul. She over-estimate her figure. Merasa ngga ada yang pas untuk ukuran badannya. Setelah berhasil meyakinkan bahwa ukurannya ngga segitu gedenya, kami menuju Joger Kuta as a constellation prize for her.
Kami cukup mudah mendapat parkir di Kuta, karena memang bukan musim liburan. Joger Kuta juga ngga se-rame biasanya karena alasan yang sama. Indah, akhirnya beli beberapa kaos untuk dipake sendiri. Saya beli sandal warna ijo tosca. Sebuah anomali, mengingat warna alas kaki yang saya gunakan biasanya ngga jauh dari warna-warna tua.
Dari Joger, kami menuju Kuta Square untuk numpang parkir, tepatnya di basement parking Matahari Kuta Square. Tujuan selanjutnya? Pasar Seni Kuta! Kami beli baju titipan untuk Endah, sekalian jalan menuju pantai. To tell you the truth, saya ngga pernah tau kalo ada jalan tembus dari Pasar Seni Kuta ke Pantai Kuta. Itu juga pertama kalinya saya masuk Pasar Seni Kuta. Memang, baju yang dijual sama, range harga yang ditawarkan juga sama, tapi saya heran aja, kenapa sampai setua ini, saya ngga pernah masuk ke Pasar Seni Kuta setiap jalan ke Kuta *geleng2*
Dari jalan tembusan yang saya ceritakan tadi, kita bisa liat ombak Kuta yang memang tiada duanya (Terbukti dengan turis anyaran dari Aussie yang bilang 'look at the effing waves, man!'). Dengan adanya paving jalan hingga ke gerbang utama, Pantai Kuta memang terasa lebih tertata. Saya melihat ada pembangunan satu hotel baru tepat dibibir Pantai. Pembangunan hotel di kawasan Kuta membuat saya cukup miris. Tidak cukupkah pemagaran di sepanjang pantai?
Tapi sudahlah, Semoga pembangunan pagar dan hotel membawa berkah tersendiri bagi warga sekitarnya. Any how, kenarsisan kami membawa kami berjalan menuju Hard Rock Hotel untuk berfoto. Kami disarankan untuk foto di lobi hotel Hard Rock, tapi kami ngga punya cukup nyali untuk masuk ke sana. Kami hanya foto di Papan Surf dan Gitar yang ekstra besar itu.
Puas di FlapJaks, kami balik ke hotel untuk istirahat sebelum ke Sanur untuk mencicipi Italian Gellato dan melihat Pantai Semawang.
Sore hari di hotel, saya dan Mbak Lucy merasa lapar and we just couldn't forget the delicious taste of Ayam Betutu. Kami memutuskan untuk pergi makan Betutu di Renon sebelum menuju Sanur. *cihuyy!!*
Thank God for Google Maps, kami sampai di Renon tepatnya di Jalan Merdeka dengan selamat. Renon adalah kawasan yang sangat asri. beda dengan hiruk pikuk Denpasar yang penuh kendaraan. Jalanan di Renon diapit pohon yang cukup besar. Kendaraan pun tidak sebanyak Denpasar.
Ayam Betutu di Renon sedikit berbeda dengan Bedugul. Cabe rawit di sambal matahnya disangrai. Dan lalapannya bukan daun kangkung. Tapi soal rasa, sama enaknya dan sama pedasnya! *jadi pengen lagi*
Kali ini, kami menyempatkan untuk mengabadikan porsi makanan yang kami pesan.
Dari Renon, kami lanjut ke Sanur. Pasti ada nyasarnya seh, tapi kami kan punya pembaca GPS terbaik di dunia *cieehhh!!*
Sampai di Sanur, tujuan pertama kami adalah Massimo Italian Gellato yang terkenal itu. Dan berdiri di depan boks ice creamnya, kami hanya bisa terpana! *aku merinding nulis ini*
There are 20 trays of ice cream with different flavor in each tray. Kami bingung mo beli rasa apa. Karena kami belum tau rasanya, kami memilih untuk beli porsi yang paling murah. Cup dengan 2 scoop ice cream dengan rasa yang berbeda. Kalo ngga salah, harganya sekitar 15 atau 20 ribu. Yang kami lihat sebagai scoop di foto menu, ternyata bukan scoop bulat,. Tapi lebih ke sekop untuk berkebun. 2 scoop yang sangat banyak! Soal rasa? *merinding lagi* wuenak poll, Sodara! Seandainya saya ngga kenyang Ayam Betutu, saya masih mau beli lagi Massimo Gelato dengan rasa yang berbeda.
Kami menghabiskan Gelato sambil berjalan ke Pantai Semawang. Sayang, saat kami sampai disana, langit sudah gelap. Kami hanya bisa duduk di Food court, mendengarkan suara ombak, dan giggling like crazy. Orang kalo ngga tau, bisa-bisa kami disangka sedang mabuk. but the feeling was great! Ngga mikir kerjaan, ngga mikir apapun selain jalan-jalan.
Setelah mampir untuk menemui sodara Mbak Lucy, kami pulang ke hotel untuk packing.
No comments:
Post a Comment