Sunday, January 30, 2011

Donor darah : 101

Hari ini saya berkesempatan untuk melakukan donor darah, sebuah aktivitas rutin yang saya lakukan sejak tahun lalu. Sampai hari ini, saya baru 6x melakukan donor. Ngga semua orang mau melakukan donor dengan alasan yang beragam. Kalo bapak-bapak rekan kerja saya di IT ngga mau donor karena takut jarum, hihihi…

Saya selalu ingin melakukan donor, dan waktu itu pas kebetulan ada acara donor darah di tempat saya bekerja, saya enlist untuk menjadi donor. Sayangnya waktu itu berat badan saya masih kurang dari syarat minimal. Jadi saya batal donor.  Sejak saat itu saya bertekad, untuk periode donor darah berikutnya, saya harus bisa donor. Dan berhasil! Saya berhasil menaikkan berat badan sehingga memungkinkan saya untuk donor.

Syarat untuk melakukan donor sudah banyak dipublikasikan di media, tapi apa salahnya kalo saya tulis lagi disini. OK, here it is :

Thursday, January 27, 2011

Mengelola keuangan yang terbatas

Harus diakui, banyak tantangan baru yang harus saya hadapi terkait keputusan saya untuk pindah dari rumah orang tua. Salah satunya adalah masalah finansial. Let's face it, banyak kemudahan yang saya dapatkan ketika masih satu atap dengan mereka. Sekarang, semuanya harus ditanggung sendiri. Jika penghasilan saya besar, mungkin hal itu akan mudah dilakukan, tapi pada kenyataannya tidak. Penghasilan saya terbatas. Itulah tantangan yang harus saya taklukan.

Instead of whining about my salary, I'd prefer to live with it and moved on. Kalau merasa gaji yang didapat dari tempat kerja kurang mencukupi ya sudah, tinggal pilih jangan kerja di sana, pasrah atau cari tambahan di luar. Untuk mengatasi keadaan keuangan yang terbatas tersebut, saya kembali menggunakan sistem amplop.

Saturday, January 22, 2011

Berdoa itu bukan dengan cara update status fesbuk...

Akhir-akhir ini banyak saya liat temen-temen di fesbuk menuliskan doa mereka di update status mereka. I can't deny that I did it once (like a long time a go..), but after that I came to my senses. Menurut saya, berdoa adalah cara kita berkomunikasi intens dengan pencipta kita. Cara kita untuk menumpahkan semua keinginan dan harapan kita. I just don't understand why they wrote them down. More over, in facebook! It isn't a private place.

Why would you let anyone knows your plead to God? What's the point of doing so? I doubt that God would granted your wish even if you had 1000 likes from your friends. If it yours to keep, then God would certainly give it to you gladly. If it isn't, then even if you cry with tears of blood, God wouldn't granted your wish.

Monday, January 17, 2011

jangan nulis blog kalo lagi ngantuk!

Yup, pelajaran yang didapat hari ini adalah : "Jangan nulis blog kalo lagi ngantuk". Kesalahan yang mungkin terjadi adalah :

Spelling and Grammar
Kalo lagi ngantuk, ejaan dan tata bahasa hampir pasti amburadul. Pasti akan ada kata yang kekurangan atau kelebihan huruf. Pasti akan ada kalimat yang terasa janggal. Pasti akan ada paragraf yang ngga nyambung satu dengan yang lain. Untuk itu, jangan nulis blog kalo lagi ngantuk!

Sunday, January 16, 2011

Bye Bye Indovision-ku

Salah satu hal yang menyedihkan dengan keputusan ngga beli TV buat rumah baru adalah ngga bisa lagi nonton channel berkualitas dan mendidik seperti kebanyakan channel TV di Indovision.

Awal saya memutuskan untuk langganan Indovision adalah waktu itu di Malang ada pemutusan beberapa tayangan TV nasional, yang sebelum pemutusan relay pun saya kesulitan memilihi program acara karena banyakan sinetronnya, apalagi setelah ada pemutusan relay. Makin menderitalah hidup saya, mengingat saya termasuk couch potato tingkat tinggi.

Friday, January 14, 2011

Me and my life at the present time

Yak! Sudah hampir dua minggu saya tinggal di lingkungan baru. Dengan kondisi sekarang, saya jadi (lebih tepatnya, dipaksa) punya kebiasaan baru seperti :

Bersosialisasi dengan orang2 baru

Sebenernya buat orang2 normal, bersosialisasi adalah hal yang lumrah dilakukan. Tetapi untuk orang anti-sosial seperti saya, hal ini agak sulit dilakukan. Saya ngerasa my home is my fortress. Rumah adalah tempat dimana saya ngerasa aman secara psikologis. So, everytime I open my door, it feels like I’m vulnerable. I have no more defense to let people see me and interact with me. Kalau pun saya keluar rumah, sepanjang pintu pagar sampai pintu gerbang kompleks, I prefer not to put a friendly face unless I have to. That’s normal for me, which most people find it strange.

Saya juga heran pas liat pintu rumah dan pagar tetangga yang terbuka bahkan sampai jam 8 malem. Sementara saya, begitu nyampe rumah, buka pagar, masukin motor, tutup pagar, masuk rumah, trus tutup pintu. Kalau dianalisa, mungkin itu pengaruh dari lingkungan tempat saya dibesarkan selama ini, dimana rumah punya pagar tinggi dan terkunci.