Alhamdulillah, kemarin sore ini saya mengalami kejadian yang mengingatkan saya betapa beruntungnya kehidupan yang saya jalani saat ini.
Laki-laki : “Terigu seperempat, tepung kanji seperempat, gula seperempat”
Ibu pemilik toko : “Apalagi?”
Laki-laki : “Kertas bungkus tiga ribu, minyak seperempat”
Percakapan diatas terjadi ketika saya, sepulang kerja, mampir ke toko kelontong di dekat rumah untuk membeli telur dan beras. Saya memarkir mobil di sebelah toko, masih berseragam kerja, masuk ke toko tersebut. Sambil membawa dompet di tangan, saya sempat berfikir “Kira-kira telur 1 kilo dan beras 3 kilo abis berapa duit ya?”.
Siang harinya saya sudah mengeluarkan uang untuk belanja di saah satu hipermarket , jadi saya sempat ragu untuk masuk toko tersebut. Tapi kemudian saya ingat bahwa masih ada selembar uang 50 ribu di dompet. “Ah, ngga sampe 50 ribu lah..” pikir saya.
Laki-laki yang berdialog diatas adalah pembeli di toko yang saya datangi. Saya adalah pembeli setelah dia, jadi saya harus menunggu giliran untuk dilayani. Laki-laki itu tidak datang sendiri. Dia ditemani istrinya yang menggendong anaknya yang masih bayi. Keluarga muda. Dia terlihat lebih muda dari saya. Pakaian mereka biasa saja. Dari logat bicara, sepertinya mereka orang Madura.
Saya masih sibuk dengan pikiran selembar uang 50 ribu di dompet saat si Ibu pemilik toko mengikat plastik berisi minyak goreng dengan karet sambil bertanya “Ada lagi?”. Laki-laki itu bilang “Ngga Bu, itu saja. Berapa?”
Si Ibu pemilik toko dengan sigap menghitung harga barang hingga menemukan angka “Dua puluh ribu…”. Dari sini semuanya normal, hingga ketika laki-laki itu mengeluarkan 2 bendel uang dua ribuan. 1 bendelnya berjumlah 10 lembar. Sepertinya itu uang hasil berjualan. Dia menghitung lagi uang yang dia keluarkan. Si istri mengeluarkan dompet dan sudah membuka resleting dompet. Mungkin sambil berpikir, siap-siap aja siapa tau duit suaminya kurang.
Hati saya miris. Saya merasa malu. Malu karena sering lupa untuk bersyukur. Malu karena tidak menyadari betapa beruntungnya keadaan saya. Malu karena merasa kurang dengan lembar uang 50 ribu di dompet saya, sementara mereka tidak malu mengeluarkan 2 bendel uang duaribuan untuk membayar barang belanjaan yang tidak seberapa.
Tetapi, selalu ada hikmah yang bisa diambil dari setiap kejadian. Dan kejadian itu menyadarkan saya betapa Allah SWT masih sayang dengan saya. Saya diingatkan untuk selalu bersyukur dengan apa yang saya miliki. Bahwa selalu ada orang yang keadaannya lebih sulit daripada saya. Dan bahwa ucapan “Syukur Alhamdulillah” tidak akan terasa hingga kedalam jiwa sebelum mata ini diberikan gambaran nyata tentang betapa keadaan saya jauh lebih beruntung.
No comments:
Post a Comment