Please be noted that the following post is totally about one grumbling about another. Excuse the choice of words as this might be one of my personal yet inappropriate post yet.
Jadi begini…
Saya adalah orang yang sangat mudah untuk percaya dengan orang. Let alone, jika orang tersebut berpredikat teman. Kalo teman aja saya bisa sangat percaya, lebih lagi untuk teman yang statusnya adalah teman makan. Level kepercayaan saya akan lebih tinggi lagi.
Saya sangat menghargai kepercayaan yang saya berikan pada orang lain, dengan (secara naïf) berharap bahwa orang tersebut juga akan percaya pada saya. Ketika kepercayaan yang saya berikan itu dilanggar, then rest assure, akan sangat susah untuk saya memberikan rasa percaya kepada yang bersangkutan tentang hal apapun.
Saya tidak suka menjadi bahan pembicaraan orang. Jika ada hal yang ingin orang lain ketahui tentang saya, then please do ask me. I’m an open book. Kalo saya pengen jawab pertanyaan tersebut, maka saya akan jawab. Jika saya keberatan dengan pertanyaan tersebut, maka saya akan katakan terus terang.
Saya ngga suka dibohongi. Saya merasa saya selalu jujur dengan perkataan dan perbuatan saya. Kalaupun saya berbohong, it is for a good and responsible cause. Jadi, please don’t lie to me. Ngga usah ngegombal. Ngga usah sok romantis. Kalo buaya ya buaya aja. Ngga usah ditutup-tutupi. Saya jauuuuhh lebih respect sama laki-laki buaya yang dengan gamblang menunjukkan ke-buaya-annya. So please, just tell me the truth! Dibohongi itu sakit. Dikadali itu pedih. Lek bathang, mesisan bathang. Ojok ketok e ae apik, tibak e bathang.
Saya ngga gampang tersinggung dengan ucapan orang, karena sering menganggap ucapan orang sebagai angin lalu. Tapi, saya sangat gampang tersinggung dengan perbuatan orang yang menyakiti perasaan saya. Dibalik tampang yang sangar ini, I have (believe it or not) a delicate heart.
Perasaan saya bisa sangat terluka jika orang yang menyakiti hati saya adalah orang tua, sodara ato bahkan teman makan. Nothing else to do but cry. I hate crying! Lelah hati, lelah mata, lelah hidung! Belum lagi after effect mata sembab in the morning after.
Saya sangat mudah untuk ignoring others. Sepertinya I was born with that kind of defect. Masalahnya, ketika saya mengabaikan orang, saya pasti sedang membangun karma untuk diabaikan orang dimasa yang akan datang. Haishhh!!
Terakhir (untuk kali ini), saya tidak suka menyakiti perasaan orang lain. Tapi entah kenapa, ketika hati sedang tidak dalam kondisi sehat, agak susah mengatur mulut dan jari. Mulut bisa dengan gampang berucap dengan nada ketus dan tidak bersahabat. Jari bisa dengan sangat lincah mengetik kata-kata sindiran yang menyakitkan. Defect yang satu ini memang harus diperbaiki. Saya ngga tau seberapa besar saya menyakiti orang lain dengan mulut dan jari saya. Saya benci menjadi sosok orang yang yang tidak saya sukai. Saya benci menjadi sosok orang yang menyakiti orang lain!
No comments:
Post a Comment