Sebenernya saya udah selesai nulis setiap detil perjalanan dinas pas tanggal 18 - 21 Desember kemarin. Hanya saja tulisan yang terdiri dari ribuan kata tersebut gagal ter-publish di blog karena alasan teknis. (Baca : Netbook njeblug T_T).
So this would be my second chance to do it all over again.But this time, I press save a lot. Here goes...
Tim Warehouse sedang ada hajat. Tim kami, selaku business partner mereka, diajak untuk ikut serta. Pembagian jadwal pemberangkatan tim sudah dilakukan, dan saya kebagian kota Padang dan Makassar.
SUB-CGK-PDG :
Acara sosialisasi di Padang dijadwalkan tanggal 19 Desember siang. Masalahnya, penerbangan paling pagi untuk sampai ke Padang adalah jam 1 siang. Saya dan Nugroho, Regional Warehouse wilayah Sumatra, belum pernah mengunjungi Padang, jadi kami ngga tau dimana lokasi untuk sosialisasi. Dengan pertimbangan tersebut, kami memutuskan untuk terbang ke Padang sehari sebelumnya, which is tanggal 18 Desember.
Masalahnya, tanggal 18 Desember, saya masih harus memberikan materi training di Sengkaling. Jadwal saya menyampaikan materi adalah sebelum dan sesudah makan siang. It's a bit tricky, tapi dengan support dari tim SMD, saya bisa tukar materi yang disampaikan. Akhirnya, saya full di Sengkaling hingga makan siang, dan lanjut ke Juanda untuk flight Garuda jam 16.00
Why Juanda? Karena saya ngga bakal sempat ngejar pesawat GIA terakhir yang terbang dari Malang tujuan Jakarta. Misalkan sempat pun, saya harus menunggu di Jakarta cukup lama, karena flight ke Padang jam 19.00. FYI, ngga ada penerbangan langsung dari Juanda ke Sumatera. Kalaupun ada, itupun ke Medan. Setiap penerbangan ke Sumatera harus transit di Jakarta. I wonder why... I've never had a night flight before, and the Jakarta view from above is breathtaking. The lights just fantastic. I would do it again anytime.
Kebetulan, Nugroho dan saya punya flight yang sama ke Padang. Dalam hati saya pikir, "Thank God! Setidaknya saya ngga datang sendirian malam-malam ke sebuah kota yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya. "
Kami keluar dari Bandara Internasional Minangkabau sekitar jam 9.30 malam. Dan sepanjang perjalanan dari bandara ke hotel, Nugroho kesulitan untuk menemukan Alfam*rt dan Indomar*t. Supir taksi kami pun seakan merasa aneh mendengar 2 nama franchise tersebut.
Kami tiba di Rocky Plaza Hotel sekitar jam 10.30 malam. It was a very nice 4 star hotel. And it didn't take long for me to lay my back and sleep. It has been a long day.
Hari berikutnya, kami sepakat untuk menggunakan setengah hari di tanggal 19 itu untuk istirahat. Kami baru bergerak ke lokasi setelah makan siang. Sempat nyasar juga seh, tapi untung ada Google Maps, hehe...
Setelah urusan sosialisasi selesai, kami di antar keliling Padang oleh Pak Fajar, yang adalah orang Mergosono gang 5! Masih tetangga sama saya yang dulu pernah tinggal di Gang 3. Sempat bernostalgia gitu sama beliau. Dari Pak Fajar ini saya baru tau kalau di Padang memang tidak ada franchise swalayan nasional seperti Alfam*rt dan Indomar*t, selain swalayan lokal.
Oh iya, saya beli kain tenun Silungkang. Trus, diajak makan telur penyu. Saya makan 2, Nugroho juga 2. sebutirnya dihargai Rp. 7,500. Telur penyu ngga bisa keras seperti telur ayam. Meskipun sudah matang, teksturnya masih seperti telur seperempat matang. Setelah saya makan 1, saya tanya ke Pak Fajar : "Bapak ngga makan?", eh dia jawab "Ngga.. Kasian..". Pikir saya "Lah, kenapa ngga bilang?? Situ yang nyuruh aku makan dengan alasan ditempat lain nga ada.. Saya kan juga kasian ma mereka" *haishh...*
Oh well, kemudian yang paling menyenangkan, kami diajak makan duren! Pak Fajar bilang, orang Padang kalo makan durian pake nasi ketan tanpa kuah santan. Duren dimakan sebagai lauknya. Disana, mereka lebih suka makan duren lokal daripada import seperti Monthong. Sayangnya (if I can say so..) Pak Fajar dan Nugroho ngga bisa makan banyak karena alasan kesehatan. Jadilah saya yang ngabisin, haha..
Kembali ke hotel menjelang isya'. Saya kemudian packing, untuk siap-siap ke kota tujuan selanjutnya yaitu Makassar. Karena penerbangan saya pagi, saya minta bantuan front office hotel untuk telpon taksi. Uni resepsionisnya bilang kalo di Padang ngga ada taksi bagus. Dia tidak merekomendasikan penggunaan taksi untuk tamu hotelnya. Karena emang taksinya ngga ada yang bagus! Mereka ngga pasang logo perusahaan taksi di pintunya, trus ngga pake argo juga. Uni tadi lebih menyarankan pake jasa airport shuttle, mobil pribadi untuk taksi gitu. Kalo via hotel, tarifnya 150 ribu.
Pas saya jalan-jalan sebelumnya, satu-satunya armada taksi yang pasang logo adalah taksi Kosti. Saya minta tolong Uni resepsionis untuk booking taksi tersebut. Hasilnya? Dapet harga cuman 110 ribu ajah. Kalo butuh taksi di Padang, coba hubungi Pak Fadli di 081374564562 deh. Dia adalah pengurus taksi Kosti, tapi kalo pas orderan banyak, dia juga turun jadi driver juga.
PDG-CGK-UPG :
Sama seperti flight ke Padang, ke Makassar pun juga harus dengan connecting flight. Untuk mendapat jadwal yang pas, saya terpaksa terbang dengan flight pertama GIA jam 5.55 pagi supaya bisa nyampe Makassar sekitar jam 13.00 WITA.
Saya dijemput Pak Fadli tepat jam 4 pagi, ngga pake armada taksi, tapi pake Avan*a. Bilangnya seh karena taksinya pada keluar semua. Jam segitu Padang masih gelap banget!! Pak Fadli pun segera tancap gas..
The biggest shock of the month terjadi ketika saya tiba di bandara. Ketika itu, waktu menunjukkan pukul 04.40. And you know what? Bandara INTERNASIONAL Minangkabau belum buka!!!! I have a different perception ttg bandara dengan status Internasional. Atau mungkin saya aja yang keseringan berkutat di bandara Internasional Sukarno Hatta dan bandara Internasional Juanda. Jadi kurang apple-to-apple gitu comparison-nya.
Waktu mobil yang saya tumpangi merapat ke teras keberangkatan domestik, saya melihat banyak orang berdiri di depan pintu masuk khusus penumpang. Setelah saya turun dari mobil, semuanya menjadi lebih membingungkan. Saya sempat nanya ke salah satu penumpang, "Ini bandaranya masih tutup ya? Counter check in nya di dalam ato di luar?". Si penumpang tersebut menjawab "Di dalam". Oke.. saya cukup lega mendengar itu. Saya awalnya merasa curiga karena lampu di dalam bandara nyala, tapi pintu masuk masih tertutup. Petugas yang biasa cek tiket saat kita masuk pintu pun baru datang sekitar 10 menit setelah saya datang.
Ngga lama setelah itu, petugas membuka pintu dan kami pun berduyun-duyun masuk. Di dalam pun situasi tidak jauh berbeda. Petugas counter check in belum di tempat. Mbak yang jaga ruangan Customer Service GIA, meskipun sudah berseragam rapi dan cantik, pun masih nyapu lantai.
I'm really amazed.. Setidaknya itu sebuah pengalaman yang bisa saya share disini. Anyway, setelah (akhirnya) berhasil check in, saya menuju gate 4 yang merupakan gate khusus untuk penumpang GIA.
Pesawat GIA terbang sesuai jadwal, jam 05.55. Sarapan (sesi 1) dilakukan di pesawat dengan menu nasi kuning, dan teh panas tawar. Landing di Soekarno Hatta, saya menyempatkan untuk menelepon "call center" taksi bosowa, dan ternyata mereka menyediakan counter di bandara Sultan Hassanuddin. Jadi saya diarahkan untuk langsung menuju counter untuk memesan taksi. Saya menunggu sekitar 2 jam sebelum boarding pesawat ke Makassar. Dan baru kali itu saya alami GIA mengubah gate keberangkatan sekitar 15 menit sebelum boarding. Rombongan penumpang jurusan Makassar pun berbondong-bondong pindah ke gate sebelah :D
Oke, akhirnya boarding untuk penerbangan ke Makassar, dan saya melanjutkan sarapan (sesi 2). Entah menu nya apa, tapi yang jelas lauknya adalah daging ikan yang very delicious dan kembali lagi ditemani dengan teh panas tawar.
Penerbangan ke Makassar ditempuh selama 2 jam, dan mostly yang terlihat dari jendela saya adalah laut dan kabut awan. Saya bersebelahan dengan Ibu yang ternyata anaknya kuliah di Universitas Brawijaya. Dari hasil obrolan singkat kami, Ibu itu mengatakan kalau suasana kota Malang menyenangkan. *pilihan kata yang tepat sekali*. Saya jadi ikutan bangga karena saya Arema asli.
Landing di Bandara Internasional Sultan Hassanuddin Makassar untuk pertama kalinya sekitar jam 1 siang, saya cukup overwhelmed. Bandaranya luas dan panas. Tapi ketika kita masuk ke gedungnya, arsitekturnya sangat cantik. Sangat modern. Banyak orang berlalu lalang, mengingat (ternyata) bandara di Makassar adalah bandara transit dari Indonesia Barat dan Tengah ke seluruh Indonesia Timur. Hal itu kemudian juga menjelaskan mengapa antrian menunggu bagasi terasa lama.
Seperti instruksi Mbak di call center taksi bosowa, saya keluar dari pintu arrival domestik dan menghampiri Mbak di counter taksi bosowa. Kalau kita pakai argo, ada tambahan 8ribu rupiah yang saya anggap sebagai ongkos cetak dan kertas argo.
Siang itu saya diantar ke Hotel Amaris Panakukkang yang terletak di pusat kota, disebelah Mall Panakukkang yang sering muncul di tipi itu. Saya check in, dan ngga lama Pak Niko, Regional Warehouse wilayah Indonesia Timur, partner saya di Makassar menghubungi saya. Beliau hanya ngecek apakah saya tiba di Makassar dengan selamat atau tidak :D. Pak Niko ternyata baru landing dari Palu.
Yang saya lakukan di hotel? tidur!! Efek bangun kepagian di Padang. Saya hanya mengeluarkan barang-barang yang saya butuhkan untuk hari itu mengingat besok saya langsung check out setelah sarapan.
If you are looking for a transit hotel, then hotel sekelas Amaris adalah
tempat yang tepat. Mereka menyediakan fasilitas minimum yang memang
dibutuhkan. Didalam kamar yang tidak terlalu luas
itu, terdapat queen size bed yang empuk, wastafel, kamar mandi dengan
ukuran yang juga tidak terlalu luas, tapi ada air panas dan dingin,
handuk juga tersedia. Sayang televisinya terlalu kecil (setidaknya untuk
saya) meskipun menyediakan saluran televisi luar negeri.
Hari itu, saya hanya keluar dari kamar untuk makan malam. Setelah menyelesaikan dan meng-email order dari salah satu 1/4 dewa di kantor, saya lanjut tidur (lagi) karena akan dijemput tim Warehouse Makassar jam 07.00 WITA, which is 06.00 WIB T_T
UPG-SUB :
Hari Jumat pagi, dengan mata yang masih berat, saya memutuskan untuk bangun, mandi, ganti baju dan packing untuk check out. Hanya semangat untuk pulang yang membuat badan saya akhirnya mau berkompromi!
Turun ke lantai 1, ternyata saya sudah ditunggu Pak Niko. Saya segera sarapan dengan menu standar yang disediakan oleh hotel, kemudian check out. Tidak lama kemudian, sudah ada Pak Waris dari ASMO Makassar yang menunggu kami di luar hotel.
Kami diantar menuju kantor ASMO untuk menunaikan tugas negara :D, dan sekitar pukul 10.30 saya diajak makan siang Konro Bakar oleh teman-teman di tim ASMO Makassar. Dari info yang saya terima, ternyata di Makassar semua penjual makanan menyediakan jeruk nipis diatas meja. Ngga heran, kemarin menu capjay Pak Niko juga ditambahkan potongan jeruk nipis di piringnya....
Anyway, the food was very delicious! Thanks to Awang yang sudah berbaik hati untuk traktir kami semua. Dari tempat kami makan, saya memang harus mengejar penerbangan jam 14.00, tapi saya masih sempat diantar untuk beli oleh2, foto2 di icon Pantai Losari dan Fort Rotterdam. Memang tim ASMO Makassar mak joss kotos-kotos!! I wish I had the chance to see you guys again!! I will stay in Makassar for a bit longer...
Penerbangan saya ke Surabaya menggunakan Lion Air, karena saya masih harus mengejar acara End Year Dinner dengan tim HR Malang jam 19.00. Saya pilih Lion Air karena antara Sriwijaya dan Lion, harga tiketnya terpaut sangat jauh. Harga tiket Sriwijaya bahkan lebih mahal dari tiket Garuda.
Dan bisa ditebak, penerbangan delay sekitar 1.5 jam!! Alasannya? Pesawat Lion dari Palu belum landing. Ketika itu, saya dengar ada pengumuman penumpang Citilink dapat segera boarding melalui Gate yang ditentukan. It's my tepokjidat moment.. Kenapa saya ngga mikir kalo bakal ada Citilink ke Surabaya?? Tau gitu saya pasti bakal pilih Citilink. *sudahlah..*
Akhirnya saya boarding juga sekitar jam 15.30 WITA, dan to tell you the truth, setelah 2 kali penerbangan transit (artinya total 4 penerbangan) dengan pesawat GIA, masuk ke pesawat Lion rasanya agak gimana gitu... Teori "ada uang ada barang" terbukti disitu.
Mbak yang duduk disebelah saya, seat di boarding pass-nya duplikasi dengan penumpang lain. Dan kasus duplikasi itu terjadi untuk lebih dari 1 penumpang di 1 penerbangan yang sama. Si Mbak di sebelah saya juga bilang "Sering kok Lion kaya' gini, terutama untuk penerbangan transit" Hmmm... It's really something to be consider untuk para calon penumpang yaa...
Yah.. however, yang penting saya bisa terbang dari Makassar dan pulang ke tanah Malang tercinta meskipun via Surabaya.
Pesawat landing sekitar jam 16.00WIB, dan ternyata permirsah.. bagasi dari 3 penerbangan Lion ditumpuk di 1 conveyor yang sama!! Saya sudah sempat ke toilet untuk pipis, ditambah cuci muka, sedikit touch up dan duduk di kursi dekat conveyor, bagasi masih juga belum keluar... *tepok jidat moment*
Oh well.. saya akhirnya bisa mendapatkan bagasi saya sekitar jam 17.00 dan langsung cuss Malang menuju HR End Year Dinner di d'Liv Malang.
My first business trip was fun. Exhausting but super fun. I could meet and make new friends.
Menjadikan saya lebih respek dengan tim HR yang tergabung di Manuk Projek yang literally hidup dari satu bandara ke bandara lain, menunaikan tugas negara. Saya yang hanya 4 hari aja, merasa jetlag nya ngga ilang-ilang, gimana mereka yang bahkan belum tentu 1 hari bisa liat batang hidung mereka nongol di kantor.
*Salut banget ma kalian, croco family*
No comments:
Post a Comment