Yak! Sudah hampir dua minggu saya tinggal di lingkungan baru. Dengan kondisi sekarang, saya jadi (lebih tepatnya, dipaksa) punya kebiasaan baru seperti :
Bersosialisasi dengan orang2 baru
Sebenernya buat orang2 normal, bersosialisasi adalah hal yang lumrah dilakukan. Tetapi untuk orang anti-sosial seperti saya, hal ini agak sulit dilakukan. Saya ngerasa my home is my fortress. Rumah adalah tempat dimana saya ngerasa aman secara psikologis. So, everytime I open my door, it feels like I’m vulnerable. I have no more defense to let people see me and interact with me. Kalau pun saya keluar rumah, sepanjang pintu pagar sampai pintu gerbang kompleks, I prefer not to put a friendly face unless I have to. That’s normal for me, which most people find it strange.
Saya juga heran pas liat pintu rumah dan pagar tetangga yang terbuka bahkan sampai jam 8 malem. Sementara saya, begitu nyampe rumah, buka pagar, masukin motor, tutup pagar, masuk rumah, trus tutup pintu. Kalau dianalisa, mungkin itu pengaruh dari lingkungan tempat saya dibesarkan selama ini, dimana rumah punya pagar tinggi dan terkunci.
Pergi ke pasar tradisional
Ini hal yang bikin saya kuatir setengah mati! Meskipun rumah orang tua saya ada dibelakang pasar, terakhir kali saya ke pasar adalah pas SMP. Sisanya hanya jadi tukang ojek Ibu saya, itu pun ngga ikut masuk pasarnya. Jadi bisa dibayangkan betapa ngga update-nya pengetahuan saya tentang harga2 sembako dan sayur saat ini!
Tapi setelah kursus singkat ke satu temen yang memang sudah biasa untuk urusan beginian, sampe hari ini saya sudah 2x ke pasar tradisional lho! Meskipun ngerasa bodoh (banget) karena ngga bisa kira2 jumlah procurement (halah!) yang harus dilakukan, tapi I still have to do this. Whether I like it or not. Karena kalo semua makanan harus beli jadi, kondisi keuangan bakal minus parah. T_T
Kembali ke sistem amplop
Mengingat jumlah gaji yang diterima setiap bulannya masih segitu-segitu aja, sementara tanggung jawab keuangan makin besar, maka cara drastis harus dilakukan. Untuk pengaturan keuangan sudah ngga bisa secara general seperti beberapa tahun belakangan ini. Solusi terbaik menurut saya adalah kembali ke sistem amplop seperti pas jaman awal2 masuk dunia kerja, dan yang lebih penting lagi adalah disiplin dalam penerapannya.
Untuk kebijakan keuangan ini, amplop2 lama yang dulu pernah dipake dikumpulkan lagi. Ambil juga beberapa amplop untuk penambahan pos keuangan seperti yang sudah ditetapkan sebelumnya. Jadi mulai taun ini, saya punya beberapa amplop, seperti Transport, Groceries, Motorbike, yang masing2 dimasukkan sejumlah uang sesuai kebutuhan 1 bulan.
No TV!
Yes, it’s true... I had no TV at my house, and not planning to buy one any time soon. Alasannya sederhana, kalo ada TV channelnya harus pake TV berlangganan. Kalo mesti pake antena TV biasa, ntar nangkepnya cuman sinetron aja.. Males bangeeeeett kaleeeee....... Mending ngga pake TV aja sekalian. Lagipula, masih banyak kegiatan rumah yang harus dilakukan. Belum lagi mesin jahit ma mesin obras juga masih nganggur. Kalo masih ada TV, mesin jahit saya bisa karatan!
Selama hampir 2 minggu ini, saya merasa baik2 saja tanpa TV.. Kan masih ada internet, hehehe... Untuk itu, resolusi tahun baru 2011 adalah lebih sering nulis untuk ngisi blog yang sudah lama (banget) ngga di-update. Lagipula, buat saya, menulis adalah salah satu cara untuk mengungkapkan pendapat. Daripada disimpan sendiri trus jadi jerawat, kenapa ngga dituliskan aja?
Nantinya, isi tulisan di blog ini bervariasi. Bisa dari bidang “berat” seperti politik, ekonomi, kemanusiaan, atau hal yang ringan seperti gosip temen sekantor, atau kejadian menarik di hari itu.
Contohnya seperti hari ini, pas otw pulang dari ngasih les inggris di Telomoyo, di perempatan kecil sebelah gereja Kayutangan, ada satu mas-mas Supeltras. Sebenernya sudah sering saya liat dia disana. Kalo dibandingkan dengan Superltras yang bertugas disana, si mas ini paling stand out from the crowd. Kalau saya liat, dia sepertinya bercita-cita untuk jadi Polantas tapi ngga kesampaian entah karena tinggi badannya kurang memenuhi syarat atau ngga ada beking atau ngga punya modal buat daftar.
Intinya, kalo dibandingkan, dia yang paling oke dalam hal niup peluit, pegang mini light saber (apa sih nama tongkat Polantas yang ada lampunya itu??), gesture dia pas ngarahkan jalur yang stop dan berhenti. Seneng aja ngeliat orang yang begitu enjoy melakukan sebuah pekerjaan. Meskipun kadang pekerjaan itu ngga bergaji besar. Kadang kalo liat orang macem mas Supeltras itu, jadi bisa introspeksi diri untuk mengubah orientasi hidup. Hidup itu memang butuh uang, tapi jangan diperbudak oleh uang. Karena ngga selamanya punya banyak uang trus bikin kita bahagia. Yang penting secukupnya aja, ngga kekurangan dan ngga berlebihan.
Kebahagiaan dan kepuasan batin kan juga bisa didapat dengan melakukan sesuatu yang kita sukai dan kita inginkan. Contohnya ya si mas Supeltras itu. Karena dasarnya dia sudah suka dengan pekerjaan dia, maka hasil pekerjaan yang dihasilkan, secara sadar atau tidak, juga ikut maksimal.
Pelajaran untuk saya adalah, do whatever you want to do as long as you do it by heart! Lakukan apapun yang ingin kamu lakukan, asal lakukan dengan sepenuh hati. Jangan setengah-setengah :D
No comments:
Post a Comment